Oleh Chris Barnes
Minggu ini, misi diplomatik Australia yang ke-4 dibuka di Surabaya. Pada saat saya berkeliling kota dan mulai berkenalan dengan banyak teman baru Konsulat Jenderal, saya mendapat pertanyaan mengapa Australia memilih Surabaya, atau Provinsi Jawa Timur, ketika Australia sudah memiliki misi diplomatik di Jakarta, Bali, dan Makassar.
Surabaya merupakan pilihan alami dan utama bagi para pebisnis Australia dan investasi untuk menemukan rekanan. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dan titik penting perniagaan dan pelabuhan bisnis bagi provinsi-provinsi di wilayah timur, Surabaya merupakan pusat keragaman masyarakat Indonesia yang berkembang dan terbaur dari seluruh wilayah nusantara.
Dengan adanya keuntungan demografis Indonesia dan perkiraan pertumbuhan ekonomi beberapa dekade mendatang, pertanyaan selanjutnya adalah mengapa baru sekarang. Surabaya bukan kota yang asing bagi bisnis Australia; mereka sudah mengetahui tentang kota ini bertahun-tahun lalu. Jawa Timur secara umum bahkan sudah menjadi rumah kedua bagi beberapa bisnis Australia dengan pabrikan manufaktur dan pengolahan oleh perusahaan-perusahaan besar, seperti: Coca-Cola Amatil, Blue Scope Steel, Comweld Group, Nuplex, dan Caterlindo. Perusahaan pelayanan Australia seperti Ramsay Health, Bank ANZ, dan Bank Commonwealth juga telah berdiri di tengah-tengah perkembangan ekonomi kota Surabaya.
Kehadiran perusahaan-perusahaan Australia akan memberikan kesempatan untuk bertukar keahlian dan pengetahuan bagi tenaga kerja setempat. Praktik-praktik terbaik dalam bisnis dan manufaktur akan bisa diperkenalkan melalui kegiatan operasional sehari-hari.
Dan Surabaya juga mengenal Australia dengan sangat baik. Kota Pahlawan ini merupakan rumah bagi ribuan pelajar yang meneruskan studi di universitas dan sekolah negeri maupun swasta yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan Australia. Penduduk Australia dan Indonesia saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus, dengan adanya delapan sister school antara Surabaya dengan Australia Barat, serta sejumlah mahasiswa Australia yang belajar di universitas lokal melalui program unggulan Pemerintah Australia, New Colombo Plan.
Universitas-universitas di Australia menghasilkan banyak pebisnis sukses di Surabaya, seperti perancang busana kenamaan Peggy Hartanto. Kehadiran alumni Australia di Surabaya juga semakin bertambah dalam sektor makanan dan minuman, yang merupakan elemen penting bagi untuk keberhasilan industri pariwisata.
Jumlah program pertukaran yang semakin bertambah merupakan bukti bagi pertemanan abadi ini, dengan kemitraan kolaboratif dalam berbagai bidang, dari mulai penelitian ilmiah dan dukungan bagi difabel, hingga pembangunan olah raga elit, pelatihan kedokteran hewan, dan pelatihan bahasa. Secara khusus, hubungan sister province Jawa Timur dengan Australia Barat telah menghasilkan ikatan pelatihan dan program untuk pemberdayaan perempuan dari kedua negara yang bekerja dalam bidang pertanian untuk membangun pendekatan bisnis yang berkelanjutan dan mengembangkan bisnis mereka.
Surabaya juga telah menjadi rumah kedua bagi staf dan perwira anggota Angkatan Laut Australia, Royal Australian Navy. Kapal-kapal milik Royal Australian Navy telah berkunjung ke Surabaya setiap tahunnya sejak 1960 karena kota ini merupakan rumah bagi Komando Armada Indonesia Kawasan Timur (Koarmatim) dan Akademi Angkatan Laut-nya.
Dan Australia juga mengakui melimpahnya kekayaan pertanian Jawa Timur dan telah menjadikannya markas besar untuk kemitraan pertanian dengan Indonesia. Melalui program seperti PRISMA, Australia telah bekerja bersama para petani di Jawa Timur untuk menemukan cara membuat industri pertanian semakin produktif sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan mereka. Program merujuk pada metode-metode baru yang diciptakan untuk membantu awal pembungaan mangga, pengembangan benih jagung hibrida, dan varietas-varietas baru kedelai, serta irigasi yang lebih baik.
Namun yang paling penting bagi saya sebagai Konsul Jenderal adalah keriuhan kota ini. Surabaya merupakan kota muda penuh semangat dengan begitu banyaknya tempat untuk dikunjungi, untuk belanja, dan makan. Semangat wirausaha yang tinggi dan sambutannya yang hangat yang saya terima memiliki arti bahwa tinggal di Surabaya tidak akan menjadi sulit dan kami tak sabar ingin menjadi bagian dari warga masyarakat kota ini.
Dalam berbagai hal, ini adalah kecocokan alami – sudah ada kehadiran Australia di Surabaya sejak lama dan kita masing-masing telah saling mengenal dengan baik.
Kehadiran Konsulat Jenderal di Surabaya telah diumumkan oleh Perdana Menteri Australia, Malcom Turnbull, pada saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Sydney pada 26 Februari 2017.
Konsulat Jenderal baru ini akan mempromosikan bisnis, edukasi, hubungan antar warga, dan tautan budaya antara Australia dengan Jawa Timur.
Konsulat Jenderal Surabaya akan memusatkan kinerja dalam memperluas perdagangan dan membangun kesempatan kemitraan ekonomi di Jawa Timur, termasuk layanan finansial, edukasi, kesehatan, manufaktur, dan infrastruktur. Lima belas persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia disumbangkan oleh Jawa Timur dan Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, merupakan tujuan penting bagi perdagangan dan investasi Australia dan terus meningkat.
Chris Barnes adalah Konsul Jenderal Surabaya yang pertama.